Sunday, March 31, 2013

Cerpen Menyedihkan " Pengorbanan"

Aditya dan widya telah menjalin hubungan sebagai kekasih selama 3 tahun mereka berdua saling menyayangi dan mengasihi. Mereka berdua beasal dari keluarga yang berbeda Widya dari keluarga kaya dan berkecukupan tapi lain halnya dengan Aditya yang berasal dari keluarga miski dan serba kekurangan.

Aditya sangat sayang dengan Widya, ditya sering sekali membuatkan widya burung kertas yang berisikan harapan nya untuk widya, dan widya selalu menyimpan burung-burung kertas itu di kamarnya. suatu hari, ditya sedang membuat burung kertas yang ke 1001 untuk widya, berbeda dengan biasanya burung kertas ini, terbuat dari plastik transparan. dan Ditya mengatakan kepada Widya " ini burung yang kubuatkan tepat ke1001 untukmu semoga dengan adanya burung ini aku dan kamu bisa saling melengkapi dan jujur satu sama lain, karena aku akan segera melamarmu". Dan Widya membalas ditya dan berkata" kita tidak bisa bersama, karena kita hidup bukan hanya menggunakan CINTA, tapi juga uang. seperti yang dikatakan Orang Tuaku.

Mendengar apa yang dikatakan Widya, Ditya memaki-maki widya. Akhirnya dengan rasa sedih Widya pergi Meninggalkan ditya. Apa yang dikatakan oleh Widya ditya jadikan sebagai pendorong untuk sukses. akhirnya setelah beberapa tahun mengejar impiannya Ditya bisa Sukses. dan sekarang siapa ang gak kenal Aditya.

Suatu hari Aditya pergi mecoba Mobil barunya, dan tanpa ia sangka, ia bertemu dengan orang tua Widya. Ditya mencoba mengikuti orang tua Widya Untuk mengetahui kabar Widya Sekarang. dan jejak nya berhenti di sebuah makam. dan diatas makam tersebut banyak sekali burung kertas, aditya pun turun dari mobilnya dan menghampiri orang tua Widya. Orang tua widya pun berkata " Ditya kami jatuh miskin untuk mengobati Widya yang menderita Tumor Ganas. dan widya berpesan agar memberikan sebuah surat yang ditulis oleh Widya untukmu jika kami bertemu denganmu.

Akhirnya Ditya mengambil surat itu dan membacanya. " ditya maafkan aku aku gak jujur sama kamu, aku gak mau kamu terjerumus dalam keterpurukan kalau kamu tahu aku menderita penyakit yang mematikan ini". Ditya dengan penuh penyesalan menangis di depan makam Widya yang tua itu .... 


The End


No comments:

Post a Comment